Selamat Datang di Blog Resmi Forum Pemuda Prendeng untuk Pembaharuan. FOPPERA mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin"

Minggu, 26 Juni 2011

Memaksimalkan Tong Sampah Pinggir Jalan

Di beberapa tempat, misalnya di Bantul Yogyakarta dan Bandung Jawa Barat sampah bukan sekedar barang yang tidak terpakai dan menjadi sarang nyamuk. sampah dikelola dengan baik sehingga memiliki nilai keekonomian yang cukup menjanjiakn. Gerakan sadar lingkungan menjadi dasar pengelolaan sampah di Bantul dan Bandung Tersebut. Di kelola layaknya mekanisme nasabah bank, masyarakat di dorong untuk memilah dan memanfaatkan sampah plastik, kardus, dan sisa makanan untuk ditabungkan di bank sampah yang sudah disediakan oleh management bank sampah. teknis dari pengelolaan sampah ini cukup sederhana, setiap rumah tangga diberikan pengetahuan untuk memilah-milah sampah menurut jenisnya. setelah sampah terpilah menurut jenisnya, setiap anggota keluarga menyetorkan hasil sampah yang telah terkumpul ke bank sampah yang tersedia. di sana setiap anggota diberikan buku tabungan layaknya nasabah bank, setiap kali penyetoran akan ditimbang berat sampah kemudian dicatat calam buku tabungan tersebut. hasil dari tabungan sampah dapat diambil setiap 3 bulan hingga satu tahun sekali. Management (pengelola) bank sampah selain memberikan penyadaran sampah kepada masyarakat, juga memiliki tugas mencari mitra (pengepul) sampah. Bagimana jika inspirasi yang baik ini kita praktikkan di lingkungan masyarakat Prendeng?
mengelola sampah di pedesaan relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan pengelolaan sampah perkotaan. Pasalnya warga di pedesaan masih beranggapan tanah pekarangan yang luas adalah tempat yang cocok untuk pembuangan sampah rumah tangga. Selain itu, bagi masyarakat pedesaan pada umumnya sampah belum dijadikan masalah yang serius. Pada Umumnya sampah dibuang dipekarangan yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga kemudian dibakar dan menganggap persoalan sampah terselesaikan. inilah yang menjadi tugas kita bersama menciptakan kesadaran agar masyarakat terdorong untuk merubah perilaku yang sudah menjadi kebiasaannya itu.
sejenak mari kita sempatkan tenggok dipinggir-pinggir jalan utama dan gang bahwa di sana terdapat tongg-tong sampah yang sudah difasilitasi oleh desa. Mari kita mulai memaksimalkan fasilitas tempat pembuangan sampah tersebut untuk dipergunakan sebagai langkah awal gerakan sadar lingkungan dan pengelolaan sampah yang bisa menghasilkan nilai keekonomiannya.

(Tulisan ini masih sebatas penguliran wacana, jika memang ada yang memiliki ketertarikan dan konsep yang lebih matang, kami membuka ruang untuk dilakukannya pembicaraan lebih lanjut)

Sabtu, 07 Mei 2011

Lucu ne Wong Prendeng Bar Pemilu Bupati

Tanggal 1 Mei 2011, nang kabupetan Kalongan (nek uwong nyebut Pekalongan) podo umume masyarakate agi melaksanakan coblosan pemilu ngo milih bupati Pekalongan. sedino ngo milih Bupati sing jabatane limang tahun (5 tahun) mengarep. kadi jam 7 isuk tekan jam 2 awan, masyarakat dikon nyoblos nang TPS-TPS sing wis disiapne panitia pemilihan utowo nek coro nang tingkat deso arane KPPS. semono ugo keramean pemilu (coblosan) juga terjadi nang kampung Prendeng. Nah,..kiye coba tak gambarne secara singkat suasana nang prendeng kadi mulai pemungutan suara sampai beberapa hari setelah pemungutan suara.

Raut muka tegang, karo penasaran koyone agi menyelimuti masyarakat Prendengan sembari nunggu hasil coblosan. kiro-kiro jam 2 awan perhitungan suara pun dimulai, masyarakat Prendengan podo wira wiri nyambangi TPS-TPS ngo menuntaskan dahaga atas rasa penasarannya. intine pas dino minggu kae uwong prendengan podo "grudak-gruduk-ngalor-ngidul" nonton perhitungan suara. nang Prendengan ono loro TPS, sing pertama TPS e nang Balai Desa, sing kedua nang Lapangan Badminton (Pak Gangsar). Uwong kidulan podo maring lor,..uwong lor'an podo nang kidulan, pokoke ngluwihi suasana bodo. cuma bedane ora ono sing takbiran,.....nek sing dadi pendukunge Antono-Fadia koyone paling podo gembira periode pemilihan kiye, masalahe setelah perhitungan rampung TPS sing nang Prendengan/keseluruhan Sinangohprendeng, pasangan Antono-Fadia unggul ketimbang pasangan liyane.

Nah,..kiye sing ditunggu-tunggu, opo sih efek setelah pemilu bupati winggi? kiye coba tak gambarne beberapa petikan celoteh uwong Prendengan setelah 3-6 hari pemilihan;

Percakapan Sektor Tengah

Si P-QR:"...lah,...uwong kok podo mereg, emang arep diwenehi jabatan opo koe wong cilik kue,.."(celoteh kiye metu sesaat para pendunkung Antono-Fadia arep podo kumpul-kumpul nang omahe Pak Kepala Desa, Khususe para Ibu-ibu ne).

Si P-AF:",...lha,..emang mbiyen deweke ora omok pas Qomariyah menang, uwong malahan podo gengsot nang warunge xxx, kok ora rumongso zanu" (celoteh kiye seketika keluar dari para pendukung Antono-Fadia sing ngeroso ora terimo diece-ece)

Percakapan Keluarga
Si PS:."seneng iyo mak, Antono Menang?.."
Si dGs:",..ah...nek menang kue ra nek sawahe P.A.N.E.N!..."

Percakapan Warung

Si MP:"...Antono menang yo De,..tik..tiuk..papat-papat (4=nomor urut Antono-Fadia),.."
Si MGl:"..menang opo kalah mbuh lah,paling-paling yo A.N.G.O.B,,,tok,.."
Si MP&MGl:..." hahaha hha iyo yo de, wong paling sing tani yo tetep tani, sing macul yo macul, paling-paling yo resen kaos tok!

Percakapan Lugu
Si Y:"..si R koe winggi nyoblos opo?
si R:"..nyoblos telu (3=Qomariyah-Riswadi)
si Y:"..bude klalen, koe winggi nyoblos opo?
si R:"...telu, Qori..."

Percakapan Sawah

Si Pd:"..oleh duit piro"
si Ar:"sepuluh ewu,..(10 ribu).., mlangyan"
si Pd:"yo mekoleh, idep-idep matun sekesuk"

Percakapan Segala Sektor
Si T:"...kae ra,..ora podo idep ngisin podo kemerug milu-milu nyate wedus,..
Si MGl: ",,iyo,..emang dasar ora podo ngidep isin, njukuti sate, ayam di kanduti gowo ngumah" (celoteh kiye rame setelah pendukung Antono-Fadia syukuran nyembeleh wedos nang kidulan)

kuilah secuplik gambaran sing muncul nang masyarakat Prendeng setelah Pemilu Bupati. kanggo konco-konco, sedulur, lan uwong Prendengan sing durung sempet ngerti hasil pemilu kiye rekap perhitungan suarane;

Kamis, 17 Maret 2011

Pilkada dan Karakter Pekalongan

Bursa calon kepala daerah (bupati) Kabupaten Pekalongan mulai rame dibicarakan semua lapisan masyarakat, dari petani hingga para pejabat daerah. Pemilihan umum tinggal menghitung beberapa bulan lagi, sepanduk yang mempertontonkan figur-figur calon Bupati dan Wakilnya terpampang disetiap sudut jalan. Hiruk pikuk politik mulai terasa hingga tingkatan desa, para calon pemimpin daerah sedang gencar-gencarnya melakukan pendekatan-pendekatan untuk mendulang suara. cara-cara yang mereka pakai pun masih terbilang konvensional, yakni memakai jasa lembaga survei untuk memetakan kekuatan masa dan penggerahan tim sukses dari orang-orang partai ataupun non-partai sebagai tokoh terselubung pembawa misi politik (seorang nama calon). Lebih ironis lagi, calon independen yang diharapkan menjadi contoh perpolitikan modern, justru mengawalinya dengan cara-cara yang tidak elegan. Dari sekian calon yang lolos verifikasi KPU Daerah, tidak ada satu pun nama yang benar-benar membangun karakter dari tingkatan bawah. Kita sebagai rakyat patut untuk mempertanyakan kadar integritas dari para calon-calon tersebut.

Untungnya politik pencitraan belum nampak pada pemilu kali ini, barangkali sudah diperhitungkan oleh para politikus pengusung pasangan calon bupati. Nama-nama lama masih ambil bagian dalam pemilu periode ini, mudah-mudahan masyarakat belum kehilangan akal sehatnya saat pemilihan tiba. Pasalnya nama-nama lama yang sekarang ikut mencalonkan diri belumlah memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kabupaten Pekalongan. Barangkali tidak perlu muluk-muluk untuk menuntut sebuah kesejahteraan kepada para calon pemimpin tersebut, sepertinya menuntut "pembangunan karakter" masyarakat yang sesuai dengan lokalitas Pekalongan cukup realistis. Mengingat dalam kurun waktu yang lama Pekalongan tidak mampu tampil dikancah nasional bahkan internasional, pasalnya tidak ada sesuatu yang "wah..." dari kabupaten Pekalongan. Berbicara Batik,..? berbicara wisata,...berbicara kemajuan tingkat ekonomi warga,..?..berbicara tingkat pendidikan,..? ah,...sepertinya tidak ada yang digarap secara serius oleh pemerintah. entah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah yang lalu-lalu, potensi lokal yang seharusnya digarap secara serius tidak pernah muncul untuk mengangkat nama Pekalongan sebagai daerah yang berkarakter, yang mampu dijadikan contoh bagi kota-kota lainnnya.

Kamis, 03 Desember 2009

"Korupsi dan Perang Dingin Penegak Hukum di Indonesia"

Sebuah Persoalan

Satu bulan terakhir ini, masyarakat disuguhkan pada kenyataan akan lemahnya penegakan hukum terutama yang terkait dengan kasus korupsi. Jaksa Agung, Kepolisian, dan KPK yang menjadi tulang pungung penegakan hukum, saat ini justru sedang mengalami disharmonisasi. Akibatnya, beberapa kasus yang terkait dugaan korupsi tersendat dan lamban dalam penyelesaian proses hukumnya. Bukan hanya itu, rasa kepercayaan publik terhadap keseriusan penegakan hukum di Indonesia juga dipertaruhkan. Karena kepecayaan publik semakin terusik melihat adanya keterlibatan oknum yang berkepentingan untuk pengaturan perkara dalam peradilan. Bagaimanapun sangat disayangkan jika ternyata hukum di Indonesia masih bisa diperjual-belikan oleh harta dan kekuasaan, setelah sekian lama diharapkan oleh seluruh masyarakat sebagai alat untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, adil dan demokratis.
Penegakan hukum pada hakekatnya harus selalu sejalan dengan tujuan menciptakan keadilan, akan tetapi substansi dari hukum yang saat ini diterapkan sepertinya masih jauh dari kesan menciptakan keadilan. Dan seakan-akan hukum yang adil itu hanya ada dalam retorika politik orang yang berkuasa saja, tidak pernah termanifestasikan dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesungguhnya. Institusi penegak hukum yang ada saat ini dapat dikatakan belum mencerminkan niat untuk mewujudkan harapan-harapan itu, terlebih jika semua institusi penegak hukum masih mudah dibajak oleh oknum berduit dan dekat dengan kepentingan kelompok berkuasa.
Kejaksaan dan Kepolisian merupakan representasi dari alat negara dalam hal penegakan hukum dan menjadi sebuah keharusan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi kehidupan bernegara dengan menitik-beratkan pada penegakan hukum sesuai koridor hukum yang berlaku. Kedua instiusi ini juga harus steril dari berbagai macam kepentingan termasuk lembaga eksekutif (presiden) sekalipun, karena Kejaksaan dan Kepolisian memiliki kewenangan untuk kontrol dan sekaligus eksekutor penegakan hukum di Indonesia. Demikan halnya dengan KPK, dimana KPK sebagai institusi penyempurna yang secara khusus diciptakan untuk membantu pemberantasan berbagai macam bentuk penyelewengan uang negara, juga memiliki wewenang untuk menyelidiki dan menindak secara hukum bagi para koruptor.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms